MAKALAH
“MANAJEMEN
KAS DAN SURAT BERHARGA”
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan 2 semester empat
KELOMPOK 6
Nama Kelompok :
Nama Kelompok :
1.
Fitriyatul
Machfudhoh (5130014005)
2.
Ian Rahman Primadya (5130014013)
3.
Ajeng Rima Nur Wahidiyati (5130014016)
4.
Nur Hidayatul Mas Ula (5230014005)
PRODI S1
MANAJEMEN DAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2016
PEMBAHASAN
MANAJEMEN
KAS DAN SURAT BERHARGA
A. Motivasi
Perusahaan Mengadakan Kas
Kas dan surat berharga
merupakan jenis aktiva yang paling likuid bagi perusahaan. Pengertian kas
adalah seluruh uang tunai yang ada ditangan (cash on hand) dan dana yang
disimpan dibank dalam berbagai bentuk seperti deposito, rekening Koran. Kas
merupakan alat tukar yang memungkinkan manajemen menjalankan berbagai kegiatan
usahanya.
Surat berharga adalah
bentuk penanaman dana perusahaan dalam jangka waktu pendek yang bersifat
sementara, sehingga apabila perusahaan membutuhkan kas, maka surat berharga
akan dijual dan hasilnya dapat digunakan untuk membiayai koperasional
perusahaan.
Motif dalam Menyimpan Kas
Terdapat
empat motif dasar dalam menyimpan kas yaitu:
1.
Motif
Bertransaksi (Transactions Motive)
Motif
transaksi artinya uang kas digunakan untuk melakukan pembelian dan
pembayaran,seperti pembelian barang atau jasa, pembayaran gaji, upah utang, dan
pembayaran lainnya. Kas keluar dan kas masuk tidak selalu
tersinkronisasi. Jika kas keluar > kas masuk, perusahaan bisa menghadapi
masalah likuiditas.
2.
Motif
Berjaga-Jaga (Precautionary Motive)
Motif berjaga-jaga, artinya uang kas
digunakan untuk berjaga-jaga sewaktu dibutuhkan uang kas untuk keperluan yang
tidak terduga.Misalnya pada saat perusahaan mengalami kerugian tertentu dan
harus menutupi kerugian tersebut sesegera mungkin.
3. Motif Spekulasi (Speculative Motive)
Motif spekulasi, artinya uang kas
digunakan untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yang mungkin timbul
diwaktu yang akan datang, seperti turunnya harga bahan baku secara tiba-tiba
akan menguntungkan perusahaan dan diperkirakan kemungkinan akan meningkat dalam
waktu yang tidak terlalu lama. Dalam hal ini perusahaan akan memiliki kesempatan
untuk membeli dengan uang kas yang dimilikinya, dan menjualnya pada saat harga
naik.
4.
Kebutuhan saldo
Kompensasi (Compensating Balance)
Motif saldo kompensasi merupakan salah satu alasan perusahaan
untuk mengadakan kas.Perusahaan memiliki saldo kas tertentu di bank dalam
bentuk rekening giro, sebagai kompensasi atas jasa pelayanan yang diberikan
bank kepada perusahaan. Sejumlah dana berupa saldo minimum
yang diputuskan untuk tetap berada di bank dalam rekening giro,
sehingga perusahaan tidak perlu membayar jasa pelayanan tertentu kepada bank.
Dengan adanya saldo ini, bank dapat meminjamkan dana kepada nasabah dengan
jangka waktu yang lebih lama. Bank akan memperoleh penghasilan
bunga yang merupakan
biaya jasa tidak
langsung yang harus dibayar
oleh nasabah tersebut.
Aliran
Kas
Aliran kas dalam perusahaan : Aliran kas masuk
(cash inflow) dan aliran kas keluar (cash out flow). Aliran kas
ada yang kontinyu dan tidak kontinyu (intermittent).
• Aliran kas masuk kontinyu (misalnya hasil penjualan
produk secara tunai, penerimaan piutang). Aliran kas masuk intermittent (misalnya
pendapatan dari peyertaan pemilik perusahaan, penjualan saham, penerimaan
kredit dari bank, penjulan AT yang tdk terpakai).
• Aliran kas keluar kontinyu (misalnya kas utk pembelian
bahan mentah, gaji karyawan)
Aliran kas
keluar intermittent (misalnya pengeluaran
untuk pembayaran dividen, bunga, pembayaran angsuran hutang pembelian kembali
saham, pembelian AT).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya kas
1. Adanya penerimaan dari
hasil penjualan barang dan jasa. Artinya perusahaan melakukan penjualan barang,
baik secara tunai maupun secara kredit. Bila dilakukan secara tunai, maka
otomatis langsung berpengaruh terhadap kas. Akan tetapi jika dilakukan secara
angsuran, maka perubahan ini akan terjadi untuk beberapa saat kedepan. Perubahan tentunya akan
menyebabkan uang kas bertambah.
2.
Adanya pembelian barang
dan jasa, artinya perusahaan memnbeli sejumlah barang, baik bahan baku, bahan
tambahan, atau barang keperluan lainnya, yang tentunya akan berakibat
mengurangi jumlah uang kas.
3. Adanya pembayaran
biaya-biaya operasional. Dalam hal ini perusahaan mengeluarkan sejumlah biaya
yang sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk membiayai aktivitas perusahaan,
seperti membayar gaji, upah, telepon, listrik, pajak, biaya pemeliharaan yang
tentunya akan mengakibatkan uang kas akan bertambah.
4. Adanya pengeluaran untuk
membayar angsuran pinjaman. Artinya jika dalam memperoleh sumber dana
perusahaan melakukan pinjaman ke bank atau ke lembaga lain, maka perusahaan
tentu akan membayar angsuran pinjaman tersebut, selama beberapa waktu , hal ini
tentunya akan mengakibatkan berkurangnya uang kas.
5.
Adanya pengeluaran untuk
investasi. Hal ini dilakukan bila perusahaan hendak melakukan penambahan
kapasitas produksi seperti pembelian mesin-mesin baru, atau pembangunan gedung
atau pabrik baru. Hal ini juga dapat terjadi bila perusahaan hendak melakukan
ekspansi kebidang usaha lainnya.
6. Adanya penerimaan dari
pendapatan, artinya perusahaan memperoleh tambahan kas dari pendapatan, baik
yang berkaitan langsung dengan kegiatan perusahaan maupun pendapatan yang tidak
langsung. Jelas bahwa pendapat ini akan mempengaruhi jumlah uang kas.
7. Adanya penerimaan dari
pinjaman. Dalam hal ini perusahaan memperoleh sejumlah uang dari lembaga
peminjam, seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Pinjaman ini akan
menamabah jumlah uang kas dalam periode tersebut.
8.
Dan faktor lainnya.
Disamping faktor yang
dapat mempengaruhi kas perusahaan terdapat pula faktor-faktor yang tidak
mempengaruhi perubahan jumlah uang kas, yaitu:
a)
Adanya penghapusan dan
pengurangan nilai buku dari aktiva.
b) Penghentian pengguanaan
aktiva yang sudah habis umur ekonomisnya (disusut) dan tidak dapat dipakai
lagi.
c) Adanya pembenaan terhadap
aktiva tetap seperti depresiasi, omortisasi, deplesi (karena biaya ini tidak
memerlukan biaya kas).
d) Adanya pengakuan kerugian
piutang dan penghapusan piutang karena sudah tidak dapat ditagih lagi.
e)
Adanya pembayaran deviden
dalam bentuk saham.
f)
Adanya penyisihan atau
pembatasan pengguanaan laba.
g)
Adanya penilaian kembali
(revaluasi) terhadap aktiva yang dimiliki.
Manajemen
Kas Versus Manajemen Likuiditas
Dalam
membahas manajemen kas perlu dibedakan antara manajemen kas yang sesungguhnya
dan manajemen likuiditas.Perbedaan ini sering merupakan sumber ketidakjelasan
karena istilah kas dalam praktik sering digunakan untuk dua pengertian yang
berbeda. Pertama, kas yang merujuk pad akas sesungguhnya yang ada di
perusahaan. Kedua, manajer keuangan sering menggunakan istilah kas tetapi
meliputi juga surat-surat berharga, yang kadang-kadang disebut setara kas.
Perbedaan manajemen kas dengan
manajemen likuiditas adalah jelas.Manajemen likuiditas berkaitan dengan jumlah
optimal aktiva likuid yang harus dimiliki perusahaan, sedangkan manajemen kas
lebih erat kaitannya dengan mengoptimalkan mekanisme untuk pengumpulan dan
pendistribusian kas.
B. Memahami Float dalam manajemen kas
Dalam
praktik bisnis, suatu perusahaan yang sudah besar pada umumnya menggunakan jasa
bank untuk memfasilitasi berbagai transaksi yang dilakukan perusahaan. Sering
kali terdapat perbedaan antara saldo kas yang ada dalam catatan buku perusahaan
dan saldo yang ada pada rekening perusahaan di bank. Perbedaan inilah yang
dikenal dengan istilah float, yang mencerminkan dampak dari adanya cek perusahaan
yang masih dalam proses kliring.
Disbursement
Float (Pengeluaran mengambang)
Cek
yang ditulis perusahaan akan menimbulkan disbursement float, karena akan
menurunkan saldo kas dalam catatan buku perusahaan, tetapi belum mengubah saldo
kas perusahaan di bank sampai dengan cek tersebut diuangkan. Sebagai contoh,
perusahaan General, mempunyai 100 juta rekening Giro di bank. Pada tanggal 8
Oktober 2008 perusahaan membeli bahan baku dan membayar dengan menggunakan cek
Rp 100 juta. Saldo kas pada catatan buku perusahaan akan segera berkurang
sebesar Rp 100 juta.
Bank
perusahaan General tidak akan mengetahui cek tersebut sampai saat diuangkan ke
bank, misalkan tanggal 15 Oktober 2008. Dengan demikian sampai dengan cek
diuangkan, saldo kas perusahaan di bank akan lebih tinggi sebesar Rp 100 juta
dibandingkan dengan saldo kas dalam catatan buku perusahaan. Jadi, sebelum 8
Oktober 2008 perusahaan General mempunyai zero float.
Float
= firm’s available balance – Firm’s book balance
= Rp 100 juta – Rp 100 juta
= Rp 0
Posisi perusahaan General antara 8
Oktober sampai dengan 15 Oktober 2008 adalah:
Disbursement float = firm’s available balance – Firm’s book
balance
= Rp
100 juta – Rp 0
= Rp
100 juta
Selama
cek dalam proses kliring, perusahaan dapat memperoleh manfaat dengan
menginvestasikan sementara kas yang ada di bank pada surat berharga, sehingga
perusahaan memperoleh bunga.
Collection
float dan net float
Cek
yang diterima perusahaan akan menimbulkan collection float, yang akan segera
meningkatkan saldo kas dalam catatan buku perusahaan tetapi tidak segera
menimbulkan perubahan pada saldo kas perusahaan di bank. Sebagai contoh,
perusahaan General pada tanggal 20 Oktober 2008 menerima cek dari pelanggan Rp
100 Juta. Perusahaan mencatat penerimaan cek tersebut pada buku perusahaan
General sehingga meningkatkan saldo kasnya sebesar Rp 100 juta menjadi Rp 200
Juta. Akan tetapi tambahan saldo kas tidak tampak pada saldo kas perusahaan
General di Bank, sampai cek tersebut diuangkan ke bank pelanggan pada tanggal
30 Oktober 2008. Sebelum 20 Oktober 2008 posisi perusahaan General adalah:
Float = firm’s available balance – Firm’s book
balance
= Rp 100 juta – Rp 100 juta
= Rp 0
Posisi perusahaan General antara 20
Oktober sampai dengan 30 Oktober 2008 adalah:
Disbursement
float = firm’s available balance –
Firm’s book balance
= Rp 100 juta – Rp 200 juta
= -Rp 100 juta
Pada umunya, aktivitas pembayaran
(disbursement) akan menghasilkan disbursement float dan aktivitas pengumpulan
(collection) akan menghasilkan Collection float. Jumlah dari disbursement float
dan collection float disebut net float. Net float pada saat tertentu
menunjukkan seluruh perbedaan antara firm’s available balance dan Firm’s book
balance. Jika net float positif, berarti disbursement float lebih besar dari
collection float, dan firm’s available balance lebih besar dari Firm’s book
balance. Jika firm’s available balance dlebih kecil dari Firm’s book balance,
berarti perusahaan mempunyai net collection float.
Perusahaan seharusnya lebih
memerhatikan net float dan available balance lebih besar dari book balance.
Jika manajer keuangan mengetahui cek yang telah ditulis perusahaan belum
dikliringkan selama beberapa hari, manajer keuangan dapat mempertahankan saldo
kas yang rendah di bank, sehingga memungkinkan perusahaan untuk
menginvestasikannya.
Sebagai contoh, rata-rata penjualan
perusahaan Exxon Mobil per hari mencapai USD 690 juta. Jika pengumpulan kas
Exxon Mobil dapat dipercepat satu hari saja, maka perusahaan akan mempunyai kas
USD690 juta untuk diinvestasikan. Misalkan tingkat keuntungan sebesar 001% per
hari, maka jumlah bunga yang diperoleh setiap hari sebesar USD69.000.
Mengelola
disbursement float
Sebagaimana
kita ketahui, keterlambatan waktu pembayaran dapat bersumber dari pengiriman check, pemrosesan check, dan penagihan.
Disbursement float dapat ditingkatkan dengan menuliskan check pada bank yang
bertempat di lokasi yang jauh secara geografis atau menuliskan check dari
kantor pos yang terpencil. Dilihat dari sudut pandang etika dan ekonomi taktik
yang digunakan untuk meningkatkan disbursement float masih dalam perdebatan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa argumen antara lain:
a. Secara ekonomi pada
umumnya setiap syarat pembayaran selalu mencantumkan diskon di mana diskon
tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan keuntungan dari meningkatkan disbursement
float.
b.
Secara etika menunda
pembayaran yang sudah jatuh tempo merupakan prosedur bisnis yang tidak
etis. Disamping itu terdapat konsekuensi negatif yaitu rusaknya hubungan dengan
pemasok. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengelola
disbursement float, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan
semaksimal mungkin diskon yang diberikan oleh pemasok dan memperbaiki
pengendalian terhadap pengeluaran.
C. Manajemen Float
Manajemen
Float mencakup pengendalian penerimaan dan pengeluaran kas. Tujuan penerimaan
kas adalah mempercepat pemasukan kas dan mengurangi periode antara saat
pelanggan melakukan pembayaran dan saat kas tersedia di perusahaan. Tujuan
pengeluaran kas adalah untuk mengendalikan pembayaran dan meminimalkan biaya
yang terkait dengan proses pembayaran.
Total
waktu penerimaan atau pengeluaran kas dapat dibagi menjadi tiga komponen,
yaitu: mailing time, processing delay, dan availability delay.
a. mailing time, adalah
bagian dari proses penerimaan dan pembayaran, saat cek masuk dalam sistem
pengiriman
b.
processing delay adalah waktu
yang diperlukan oleh penerima cek untuk memproses pembayaran dan menyimpannya
di bank
c.
Availability delay adalah
waktu yang dibutuhkan untuk kliring cek dalam sistem perbankan.
Mempercepat penerimaan
kas meliputi pengurangan satu atau lebih komponen waktu tersebut.
Mengukur float
Mengukur Float Besar kecilnya float
tergantung pada jumlah dollar atau rupiah dan waktu penundaan. Sebagai contoh,
misalkan perusahaan Anda mengirim check senilai Rp500 ribu setiap bulan.
Dibutuhkan waktu lima hari waktu pengiriman untuk sampai ditempat tujuan
(mailing time), dan satu hari bagi penerima untuk menyampaikan check tersebut
kepada bank penerima (processing delay). Bank penerima memproses check selama
tiga hari (availability delay). Dengan demikian total waktu adalah 9 hari.
Dalam kasus ini Berapa rata-rata
disbursement float per hari ? Pertama, perusahaan Anda punya Rp 500 ribu float
selama sembilan hari, dengan demikian total float adalah 9 x Rp 500 ribu = Rp
4.500.000,- . Kedua, jika diasumsikan satu bulan adalah 30 hari, maka rata-rata
float per hari adalah :
Average
daily float = Rp 4.500.000,- / 30 = Rp 150.000,-
Hal ini berarti bahwa rata-rata
perhari book balance perusahaan anda Rp 150.000 lebih rendah daripada available
balance di bank. Jika terjadi lebih dari satu kali penerimaan atau pembayaran
dalam setiap bulan, perhitungannya menjadi sedikit kompleks.
Contoh, perusahaan Anda menerima dua macam
penerimaan setiap bulan:
Amount
|
Processing and availability delay
|
Total float
|
1.
Rp 5.000.000
|
X 9
|
Rp 45.000.000
|
2.
Rp 3.000.000
|
X5
|
Rp 15.000.000
|
Total Rp
8.000.000
|
Rp 60.000.000
|
Berdasarkan informasi tersebut jika
satu bulan sama dengan 30 hari, maka dapat dihitung:
Average
daily float = Total float / Total days = Rp 60.000.000 / 30 = Rp 2.000.000
Dengan
demikian rata-rata per hari sebanyak Rp 2.000.000 kas yang tidak diterima dan
tidak tersedia.
Biaya Float
Biaya yang timbul dengan adanya
collection foat bagi suatu perusahaan adalah berupa opportunity cost karena
perusahaan tidak dapat segera menggunakan kas. Paling tidak perusahaan dapat
memperoleh bunga, jika kas untuk investasi telah tersedia.
Sebagai Contoh, Perusahaan Lambo,
mempunyai ratarata penerimaan check per hari Rp1.000.000,dan rata-rata
tertimbang penundaan selama tiga hari. Dengan demikian average daily float = 3
x Rp1.000.000 = Rp3.000.000. Hal ini berarti ada Rp 3.000.000 dana yang tidak
menghasilkan bunga dalam satu hari.
Electronic Data Interchange
Electronic Data Interchange (EDI)
merupakan istilah yang menunjukkan perkembangan praktik yang secara langsung
berkaitan dengan pertukaran informasi elektronik antara berbagai bentuk bisnis.
Salah satu bagian penting penggunaan EDI adalah financial EDI atau FEDI, yang
merupakan pengiriman data finansial secara elektronik antarpihak sehingga
mengurangi penggunaan kertas dalam pembuatan invoice, penulisan cek,
pengiriman, dan pemrosesan. Secara umum penggunaan EDI memungkinkan penjual
mengirim tagihan secara elektronik kepada pembeli. Penjual kemudian melakukan
otorisasi pembayaran, yang juga dilakukan secara elektronik. Bank yang ditunjuk
untuk menerima pembayaran dari pembeli kemudian mentransfer dana ke rekening
penjual di bank yang berbeda. Secara keseluruhan dampaknya adalah jangka waktu
mulai transaksi sampai penyelesaian transaksi menjadi berkurang secara berarti,
dan float akan turun secara drastis.
D. Pengumpulan dan Konsentrasi Kas
Lamanya
waktu yang diperlukan pada setiap komponen proses pengumpulan kas tergantung
pada lokasi perusahaan pelanggan dan bank, serta efisiensi perusahaan dalam
pengumpulan kas.
Pengumpulan Kas
Bagaimana perusahaan mengumpulkan
kas dari pelanggannya, sebagian besar tergantung pada sifat bisnis yang
dilakukan perusahaan. Pada bisnis restoran, umumnya para pelanggan membayar
secara tunai, cek atau kredit pada saat terjadi transaksi, dengan demikian
tidak ada masalah dalam penundaan pengiriman. Biasanya dana disimpan di bank
lokal dan perusahaan mempunyai beberapa cara untuk menggunakan dana tersebut.
Jika sebagian besar atau semua
pembayaran penerimaan perusahaan dilakukan dengan cek yang disampaikan melalui pengiriman,
semua komponen waktu pengumpulan menjadi relevan dipertimbangkan. Perusahaan
dapat memilih untuk mengirim cek ke satu lokasi,atau perusahaan dapat
menggunakan beberapa lokasi yang berbeda untuk mengurangi waktu pengiriman.
Perusahaan juga dapat melakukan pengumpulan sendiri atau menunjuk perusahaan
lain yang mempunyai spesialisasi dalam pengumpulan kas.
Pendekatan
yang lain dalam mempercepat pengumpulan kas adalah dengan melakukan kesepakatan
dengan pelanggan untuk melakukan preauthorized payment. Dengan kesepakatan
tersebut, jumlah pembayaran dan waktu pembayaran ditetapkan di awal. Setelah
disepakati, pembayaran secara otomatis ditransfer dari rekening bank pelanggan
ke rekning bank perusahaan, dan cara ini dapat mengurangi waktu pengumpulan
kas.
Lockboxes
Ketika perusahaan menerima
pembayaran melalui pengiriman cek, perusahaan harus memutuskan ke mana cek
dikirim dan bagaimana penanganan cek akan ditangani serta disimpan. Pemilihan
yang dilakukan secara hati-hati terhadap jumlah dan lokasi pengumpulan dapat
mengurangi waktu pengumpulan kas secara berarti. Banyak perusahaan menggunakan
kantor pos yang dikenal dengan lockbooxes untuk menerima pembayaran dan
mempercepat pengumpulan kas
Konsentrasi Kas
Perusahaan dapat memiliki sejumlah
titik pengumpulan kas, yang ditangani oleh banyak bank yang berbeda dan banyak
rekening bank. Perusahaan memerlukan beberapa prosedur untuk memindahkan kas
dari banyak bank ke rekening utama perusahaan, yang disebut dengan cash
concentration. Dalam membangun sistem konsentrasi, perusahaan dapat menggunakan
satu atau lebih concentration banks. Satu concentration bank mengumpulkan dana
yang diperoleh dari bank-bank lokal yang tersebar di beberapa lokasi yang
berbeda.
E. MANAJEMEN PENGELUARAN
KAS
Dari sudut pandang perusahaan,
tujuan dari pengelolaan disbursement float adalah untuk memperlambat
disbursement kas. Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk
meningkatkan mailfloat, procesing float, dan availability float atas cek yang
ditulis perusahaan. Disamping itu perusahaan juga harus mengembangkan prosedur
untuk meminimalkan kas untuk tujuan pembayaran.
Meningkatkan Disbursement Float
Sebagaimana telah dipahami,
memperlambat pembayaran dapat mencakup waktu pengiriman check, pemrosesan
check, dan pengumpulan dana. Disbursement float dapat ditingkatkan dengan
menulis cek atas bank yang secara geografis lokasinya jauh. Hal ini akan
memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk kliring cek melalui sistem perbankan.
Taktik untuk memaksimalkan Disbursement float masih menjadi perdebatan,
baik dari sudut pandang etika maupun ekonomi. Syarat pembayaran sering kali
menawarkan potongan yang cukup besar bagi pelanggan yang membayar lebih cepat.
Potongan biasanya lebih besar daripada penghematan yang diperoleh dari
memainkan float. Di samping itu, pemasok sering tidak menyukai upaya untuk
memperlambat pembayaran. Akibat buruk yang mungkin terjadi adalah hubungan yang
kurang baik dengan pemasok dapat menimbulkan biaya yang mahal.
Pengendalian Pengeluaran
memaksimumkan waktu penundaan
pembayaran mungkin merupakan praktek bisnis yang kurang baik, namun demikian
perusahaan berusaha untuk tetap menahan kas sekecil mungkin dengan menunda
waktu pembeyaran. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengembangkan sistem yang
dapat mengelola proses pembayaran secara efisien. Dasar pemikiran sistem yang
demikian adalah perusahaan tidak boleh memiliki kas yang disimpan di bank
melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk membayar tagihan.
Zero-Balance Accounts
Dalam sistem zero-balance accounts,
perusahaan bekerja sama dengan bank membuat satu master account dan sejumlah
subaccount. Ketika cek yang ditulis di salah satu subaccount harus dibayar,
jumlah dana yang diperlukan ditransfer dari master account. Dengan cara
demikian, saldo kas pada subaccount tidak perlu ada atau nol.
Pengendalian Disbursement Accounts
Dalam sistem ini semua pembayaran
yang harus dilakukan pada hari tertentu telah diketahui pada pagi harinya. Bank
memberitahu perusahaan jumlah uang yang harus dibayar, dan perusahaan
mentransfer jumlah yang dibutuhkan.
F. INVESTASI KELEBIHAN KAS DAN SURAT BERHARGA
Apabila perusahaan memiliki surplus
kas untuk sementara waktu, perusahaan dapat menginvestasikan pada surat
berharga jangka pendek di pasar uang. Pada umumnya, perusahaan besar mengelola
sendiri aset keuangan jangka pendeknya, dan melakukan transaksi melalui bank
dan dealer.
Surat berharga adalah surat yang
dijual dengan cepat tanpa mengalami suatu kerugian. Ada dua alasan perusahaan
untuk melakukan investasi dalam surat berharga, yaitu pertama, sebagai
pengganti kas, dalam hal ini perusahaan mempertahankan suatu portofolio surat
berharga untuk mengurangi saldo kas yang terlalu besar untuk sementara dan akan
menjualnya kembali jika arus kas keluar melebihi arus kas masuk. Kedua, sebagai
investasi sementara, biasanya dilakukan untuk membelanjai kegiatan perusahaan
yang bersifat musiman atau untuk membelanjai kebutuhan yang telah direncanakan
pada waktu yang akan mendatang.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan
dalam memilih suatu surat berharga sebagai alternatif untuk menginvestasikan
kelebihan kas yang bersifat sementara, yaitu:
1. Default risk , yaitu
risiko kegagalan perusahaan yang menerbitkan surat berharga untuk melunasi
bunga dan pokok pinjaman.
2.
Event risk, yaitu risiko
suatu kejadian yang tiba-tiba dapat segera mengakibatkan perusahaan yang
menerbitkan surat berharga dalam kondisi yang sulit.
3. Interest rate price risk,
yaitu risiko turunnya harga pasar suatu surat berharga karena terjadinya
kenaikan suku bunga di pasar.
4.
Inflation risk, yaitu
risiko inflasi yang akan menurunkan daya beli dari sejumlah uang.
5. Marketability risk, yaitu
risiko kesulitan untuk menjual surat berharga pada tingkat harga yang berlaku
di pasar.
6. Return on securities,
yaitu tingkat pendapatan dari surat berharga, hal ini biasanya berkaitan dengan
tingkat risiko dari surat berharga tersebut. Semakin besar risiko semakin
tinggi tingkat pendapatan yang disyaratkan.
Model Baumol-Allais-Tobin (BAT) dalam Manajemen Kas
Model BAT, merupakan cara klasik
dalam menganalisis permasalahan manajemen kas. Model ini dipakai untuk
menentukan saldo kas yang ditargetkan perusahaan, yaitu saldo kas yang
ditentukan berdasarkan keseimbangan antara biaya penyimpanan kas dan biaya
transaksi untuk memperoleh kas. Model ini hanya cocok untuk diterapkan dalam
kondisi yang bersifat pasti. Model ini mirip dengan model manajemen persediaan
yang dikenal dengan nama economic order quantity (EOQ). Dalam menentukan saldo
kas optimal, model BAT berorientasi pada biaya, yaitu jumlah biaya penyimpanan
kas dan biaya transaksi yang minimal.
Secara
matematis besarnya saldo kas optimal dapat dihitung dengan rumus:
C* = √2xTxF
k
Keterangan:
C*
= Saldo kas optimal yang diperoleh dengan menjual surat berharga
F
= Biaya transaksi yang jumlahnya tetap setiap kali transaksi dilakukan
T
= Jumlah kas yang diperlukan selama satu periode tertentu ( biasanya satu tahun
)
k
= Biaya opportunity yang timbul karena menyimpan kas.
Berdasarkan model BAT, semakin
banyak jumlah kas yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi biaya penyimpanan
kas, sedangkan biaya transaksi semakin rendah. Hal ini terjadi karena biaya
transaksi akan berkurang jika frekuensi transaksi semakin kecil. Dengan
demikian, jika jumlah saldo kas yang dimiliki perusahaan semakin banyak,
frekuensi perusahaan dalam menjual surat berharga untuk memperoleh kas akan
semakin berkurang, sehingga biaya transaksi juga semakin kecil.
Sebagai contoh, misalkan perusahaan
membutuhkan kas selama satu satu tahun sebesar Rp18.000.000 . Biaya setiap kali
transaksi Rp250 dan suku bunga yang relevan adalah 10%. Berdasarkan informasi
tersebut, maka jumlah kas yang optimal adalah:
C*= 2(250)(18.000.000)
= Rp300.000
0,10
Setelah menghitung C*, sebagai
jumlah kas optimal yang ditransfer, besarnya saldo kas rata-rata selama periode
(satu tahun) adalah:
Saldo kas
rata-rata = C*= Rp300.000=Rp150.000
2 2
Frekuensi
transaksi atau transfer yang harus dilakukan dalam satu tahun adalah:
Frekuensi
transaksi = T = Rp18.000.000 = 60 kali
C* Rp 300.000
Total
biaya untuk mempertahankan saldo kas dalam satu tahun adalah:
Total biaya = F(T)
+ k(C*)
C* 2
= Rp250(60) + 0,10(Rp150.000)
= Rp30.000,-
Berdasarkan
asumsi yang digunakan dalam analisis, biaya ini merupakan biaya minimum untuk
mengelola persediaan kas.
Model BAT merupakan model yang
sederhana dan sangat logis dalam menentukan saldo kas yang optimal. Hal ini
didasarkan pada sumsi arus kas keluar yang tetap stabil dan pasti, dan
merupakan kelemahan model BAT. Berikut ini akan dijelaskan model Miller-Orr, yang
dirancang sehubungan dengan keterbatasan model BAT.
Model Miller-Orr dalam manajemen kas
Model ini dirancang untuk sistem
manajemen kas perusahaan yang arus kasnya berfluktuasi secara acak dari hari ke
hari. Model ini juga memfokuskan pada saldo kas, tetapi diasumsikan saldo kas
berfluktuasi secara acak dan rata-rata perubahannya sama dengan nol.
Model Miller-Orr bekerja atas dasar
saldo kas perusahaan maksimum sampai dengan batas atas (h) dan saldo kas
minimum atau batas bawah (r) dan target saldo kas (z). Perusahaan mengizinkan
saldo kas berfluktuasi diantara batas atas atau batas bawah. Ketika saldo kas
mencapai batas atas pada T1, perusahaan harus mengubah kas sebesar h-z untuk
diinvestasikan ke dalam surat berharga. Tindakan ini akan menurunkan saldo kas
menjadi z. sebaliknya, jika saldo kas turun sampai dengan batas bawah (r) pada
T2, perusahaan harus menjual surat berharga sebesar z-r untuk dikonversikan
menjadi kas.
Dalam penggunaan model ini,
pertama-tama perusahaan harus menentukan saldo kas minimum sebagai batas bawah
(r), hal ini tergantung pada seberapa besar risiko kekurangan kas yang dapat
ditolerir oleh manajemen perusahaan. Biasanya didasarkan pada saldo kas
kompensasi, yaitu saldo kas minimum yang disyaratkan oleh bank tempat perusahaan
menyimpan kasnya.
Fungsi
biaya manajemen kas pada model Miller-Orr dapat dinyatakan sebagai berikut:
E(c)
= bE(N)/T + iE(m)
Keterangan:
E(N)
= perkiraan jumlah transfer antara kas
dan surat-surat berharga selama satu periode.
b
= biaya setiap kali transaksi
T
= jumlah hari dalam satu periode
E(m) = perkiraan saldo kas harian
i
= suku bunga harian
Tujuan dari model ini adalah
meminimumkan biaya manajemen kas E(c), dengan variable h sebagai batas atas
saldo kas dan z sebagai saldo kas yang ditargetkan.
Solusi
yang dihasilkan oleh Miller -Orr menjadi
Z* = (3bo2)
1/3
4i
Keterangan:
o2
= variance saldo kas harian
Jika
diasumsikan probabilitas saldo kas naik adalah 50% dan probailitas saldo kas
turun 50%, dan r = 0, maka batas atas h akan selalu tiga kali lebih besar dari
z :
h*
= 3z*
Sebagai
contoh, misalkan b = Rp25, m = Rp10, T = 8, i = 20%, r = 0, dan 2 = m2T = 800,
dan satu tahun dianggap sama dengan 365 hari, maka besarnya z*:
Z*=
3(Rp25)(800) 1/3
4(0,20/365)
= (Rp27.375.000)1/3
= Rp301,38=Rp300, dan
h* = 3(Rp300) = Rp900
Jika
r = Rp100, maka h* = r + 3Z* = Rp100 + Rp900 = Rp1.000 dan
Z*
= Rp100 + Rp300 = Rp400.
Keberhasilan penerapan model
Miller-Orr tidak hanya ditentukan oleh seberapa akurat prediksi tentang kondisi
yang direncanakan, seperti perkiraan frekuensi transfer dan perkiraan saldo kas
dengan keadaan yang sesungguhnya, tetapi juga ditentukan oleh seberapa akurat
estimasi parameter biaya suku bunga.
DAFTAR PUSTAKA
I
Made Sudana. 2011.Manajemen keuangan
perusahaan.Erlangga,Jakarta.
S. Wu et al. / North American Journal of Economics and
Finance 35 (2016) 153–165
Tidak ada komentar:
Posting Komentar